ASUHAN NEONATUS BAYI DAN BALITA
PADA ANAK DENGAN GASTROENTERITIS
Dosen
Pengajar : Dra. Hj. Norlena HD, SST., M.Pd
Disusun
Oleh :
Nama : Rini Widya Astuti
NIM : PO7124111079
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN
DIII KEBIDANAN
TAHUN
2012
KONSEP
DASAR
GASTROENTERITIS
(GE)
A. Definisi
1. Gastroenteritis
adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau
tanpa disertai muntah (muntah berak). (Kapita Selekta Kedokteran, Purnawan,
Jumaidi, dkk.1995)
2. Gastroenteretis
adalah sindrom akut, dengan atau tanpa muntah, diduga disebabkan kolonisasi
kuman patogen pada saluran pencernaan. (Manual Ilmu Kesehatan Anak di Rumah
Sakit, Gerry Hambleton.1995).
3. Gastroenteritis
adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan berbagai
kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare,
dengan atau tanpa disertai muntah, serat ketidaknyamanan abdomen. (Gangguan
Gastrointestinal, Arif Muttaaqin dan Kumala Sari.2011)
Sementara yang dimaksud
Diare :
Diare adalah keadaan
frekuensi buang air besar lebih dari 4 x
pada bayi dan lebih dari 3 x pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna
hijau, dapat pula bercampur lendir dari darah atau lendir saja. (Perawatan Anak
Sakit, Ngastiyah.1997)
B. Etiologi
Penyebab
GE dapat dibagi dalam beberapa faktor :
a. Faktor
infeksi
ü Infeksi
enteral : infeksi saluran pencernaan
makanan yang merupakan penyebab utama
GE pada anak . Infeksi ini disebabkan oleh :
· Infeksi
virus, berkisar 50-70% dari kejadian gastroenteritis, meliputi Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Coronavirus, Pestivirus, Caliciviruses, Parvovirus, Norwalk,
Astrovirus, dan Torovirus. (RSW, 2008)
· Infeksi
bakteri, berkisar 15-20% dari kejadian gastroenteritis, meliputi Shigella,
C.jejuni, Yersiniaenteroolitia, E.coli, Salmonela, dsb. (Diskin, 2008)
· Infeksi
parasit, bekisar 10-15% dari kejadian gastroenteritis, meliputi Giardia,
Amebiasis, Cacing, Protozoa, Cryptosporidium, dan Cyclospora. (Musher, 2004)
ü Infeksi
parenteral : infeksi di luar saluran pencernaan makanan seperti CMA,
tonsilitis/tonsilofaringitis,bronkopneumonia, dsb (terutama pada bayi di bawah
umur 2 tahun).
b. Faktor
Malabsorbsi
·
Malabsorbsi karbohidrat, seperti Disakarida
(intoleransia laktosa, maltosa dan selulosa); Monosakarida (inteloransia
glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang paling sering adalah inteloransia
laktosa.
·
Malabsorbsi lemak
·
Malabsorbsi protein
c. Faktor
makanan, misalnya makanan nasi beracun dan alergi terhadap makanan
d. Imunodefisiensi
e. Faktor
psikologis, misalnya rasa takut dan cemas, meskipun jarang terjadi dan bisa
terjadi pada anak yang lebih besar.
C. Patogenesis
a) Patogenesis
Diare Akut :
Mikroorganisme atau
makanan dimasukkan ke dalam alat pencernaan. Mikroorganisme tersebut berkembang
biak setelah berhasil melewati barier asam lambung. Mikroorganisme membentuk
toksin (endotoksin). Terjadi rangsangan pada mukosa usus sehingga terjadi
hiperperistaltik dan sekresi airan untuk membuang mikroorganisme atau makanan
tersebut, sehingga akibatnya terjadi diare.
b) Patogenesis
Diare Kronik :
-
Infeksi bakteri, misalnya E.coli patogen
yang sudah resisten terhadap obat-obatan yang ada di Indonesia pada waktu ini.
-
Investasi parasit terutama Entamoeba
histolytica, Kandida dan Trikuris.
-
PCM : pada penderita PCM didapatkan
atrofi pada semua organ termasuk atrofi mukosa usus halus, mukosa asam lambung
dan pankreas. Akibatnya akan terjadi defisiensi enzim-enzim yang dikeluarkan
organ tersebut (laktase, maltase, lipase, dsb) yang menyebabkan makanan tidak
dapat dicerna dan diabsorbsi dengan sempurna dan mudah terinfeksi.
-
Gangguan Imunologik : defisiensi secret
IgA (Sig A) akan menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi infeksi dan investasi
parasit dalam usus.
D. Patofisiologi
Secara
umum kondisi peradangan pada gastrointestinal disebabkan oleh infeksi dengan
melakukan invasi pada mukosa, memproduksi entrotoksin dan atau memproduksi
sitotoksin. Mekanisme ini mengahasilakn peningkatan sekresi cairan dan atau
menurunkan absorbsi airan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi
dan elektrolit.
Mekanisme
dasar yang menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Gangguan
osmotik, kondisi ini berhubungan dengan asupan makanan atau zat yang sukar
diserap oleh mukosa intestinal dan akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Respon
inflamasi mukosa, terutama pada seluruh permukaan intestinal akibat produksi
enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan aktivitas sekresi
air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan
motilitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila
peritaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Sedangkan
menurut buku Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3 oleh FKUI tahun 2000,
penyebab diare adalah :
1. Diare
sekresi, yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, kuman patogen dan apatogen;
hiperperistaltik usus halus akibat bahan kimia atau makanan, gangguan psikis,
gangguan saraf, hawa dingin, alergi; dan defisiensi imun terutama IgA
sekretorik
2. Diare
osmotik, yang dapat disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan kalori
protein (KKP), atau bayi berat lahir rendah dan bayi baru lahir
Pada
diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam-basa
(asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernapasan Kussmaul, hipoglikemia,
gangguan gizi dan gangguan sirkulasi.
E. Tanda
dan Gejala
1. Bayi
menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat dan nafsu makan
berkurang/tidak ada, kemudian timbul diare.
2. Diare,
sering cair, kadang-kadang mengandung lendir.
3. Muntah
dapat mendahului diare atau tanpa muntah, dapat terjadi sebelum dan atau
sesudah diare.
4. Anoreksia.
5. Demam.
6. Nyeri
perut (kolik), distensia, kadang-kadang ileus.
7. Dehidrasi,
kehilangan elektrolit dan air. Turgor kulit menurun, mata cekung mulut kering,
hipovolemia, renjatan dan oliguria.
8. Dapat
mengenai anak segala umur, tetapi paling rentan adalah anak usia kurang dari 1
tahun.
9. Kadang-kadang
flu, faringitis.
Gejala
timbul secara bertahap mulai dari muntah-muntah, diare, dehidrasi sampai
meninggal. Pada bayi tahapan ini tidak mungkin tidak ada dan bayi dapat
mengalami dehidrasi berat/renjatan(syok) sebelum gejala lain timbul. Syok
adalah gangguan sirkulasi yang ditimbulkan oleh suatu edera atau sakit yang
hebat dan terjadi penurunan volume darah.
F. Komplikasi
Komplikasi
yang dapat terjadi :
1. Dehidrasi
Ringan, sedang, berat,
hipotonik, isotonik atau hipertonik
2. Rejan
Hipovolemik
3. Hipokalemia
Dengan gejala
meteorismus, hipotoni otot lemah, bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi
Laktosa Sekunder
Sebagai akibat
defesiensi enam laktase karena kerusakan villi mukosa usus halus.
6. Kejang
Terutama pada dehidrasi
hipertonik.
7. Malnutrisi
energi protein
Karena selain diare dan
muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
G. Penilaian
Dehidrasi
Yang Dinilai
|
Ringan <5%
|
Sedang 5-9%
|
Berat ≥10%
|
Tekanan
Darah
|
Normal
|
Normal
sampai ↓
|
↓
sampai ↓↓
|
Tekanan
Nadi
|
Normal
|
Normal
sampai ↓
|
↓↓
|
Frekuensi
Jantung
|
Normal
|
Naik
|
Takikardia
|
Kulit
|
Normal
|
Turgor
↓
|
Turgor
↓↓
|
Fontanela
|
Normal
|
Normal
|
Kung
|
Membran
Mukosa
|
Sedikit
Kering
|
Kering
|
Kering
|
Ekstremitas
|
Terperfusi
|
Pengisian
kembali kapiler lambat
|
Dingin,
berbintik (mottled)
|
Status
Mental
|
Normal
|
Normal
sampai lesu
|
Lesu,
koma
|
Keluaran
Urine
|
Sedikit
Mengurang
|
Mengurang
|
Tidak
ada
|
Haus
|
↑
|
↑↑
|
↑↑↑
|
H. Diagnosis
a)
Riwayat penyakit adalah penting untuk
menilai anak dengan gastroenteritis dan atau diare kronik. Perlu ditanyakan
pada orang tua penderita :
- Saat
mulainya diare serta adanya gejala ekstraintestinal seperti infeksi saluran
penernaan bagian atas
- Adanya
gejala-gejala lain utama yang dapat menduga diagnosis seperti tinja yang
abnormal sejak lahir, terjadinya diare sesudah diberikan susu, buah-buahan (defisiensi
sukrosa – isomalture), diare sesudah gangguan emosi atau kecemasan
- Tanyakan
pula sudah berapa lama anak terkena diare
- Tentang
tinja, hendaknya diperinci frekuensi, penampakan, konsistensi, dan adanya darah
atau lendir. Khusus tentang bau dan floating, walaupun nilainya terbatas perlu
ditanyakan. Riwayat diet yang terperinci sangat penting.
b)
Pemeriksaan Fisik
- Perlu
dicatat pada standard anthropometri chart : tinggi, berat badan dan lingkaran
kepala.
- Perhatian
khusus pada keadaan umum pasien, status hidrasi, gejala kehilangan berat badan
(wasting of butockr and shoulder girdle, wrinking of thighs).
- Pemeriksaan
abdomen seperti diteni, nyeri, bising usus, ekskoriasi pantat, edema perifer
dan manifestasi kulit
- Pemeriksaan
anorelital adalah penting pada anak dengan diare untuk memantau dan
menanggulangi ruam (iritasi pada anus akibat feses yang terlalu asam akibat
diare).
- Rectal
toucher perlu dilakukan apabila terdapat tinja berdarah.
c)
Pemeriksaan Laboratorium
a.
Tinja
·
Nampaknya konsistensi (berair, berlemak,
berdarah), warna (kuning, hijau, putih atau lainnya), bau (buruk, asam, atau
lainnya). Klasifikasi yang biasa di dapat didasarkan atas sifat tinja, berair, berlemak,
berdarah sehingga lebih dapat membantu dalam menghadapi masalahnya.
·
Pada pasien yang tinjanya berdarah
dianjurkan pemeriksaan kolonoslupi atau sigmadoskopi dengan atau tanpa biopsi
reelitum, tinja berdah dapat disebabkan oleh infeksi Salmonella dan Shiqella
maupun chronic inflamantory bowel drease.
·
Keadaan klinik tertentu dapat diduga
dengan adanya sifat tinja yang karakteristik, misalnya isi cairan yang banyak
menunjukan intoleransi karbohidrat (chlonide diare).
Warna
puat memberi dugaan penyakit-penyakit hati atau empedu.
Tinja
yang berminyak dihubungkan dengan insudisiensi pankreas.
Adanya
vegetable matter dan serat-serat makanan mempunyai arti kecil dalam diagnosis
namun pada sakit perut berulang yang diduga karena faktor ini artinya cukup
penting.
·
Pemeriksaan tinja mengenai pH dan kadar
gula dalam tinja dengan hartat lakmus dan tablet tablet clinist bila diduga
terdapat intoleransi gula.
·
Pemeriksaan tinja untuk fed globuler,
leukosit dan realuciny substancer pewarnaan gram bukan dan pemeriksaan untuk
telur cacing dan parasit juga dapat dilakukan semua keperluan.
b.
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam
basa dalam darah dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi
dengan pemeriksaan analis gula darah menurut Astrup (bila memungkinkan)
c.
Pemeriksaan kadar weum dan kreatin untuk
mengetahui faal ginjal
d.
Pemeriksaan elektrolit terutama kadar
natrium, kalium, kalsium dan fospor dalam serum terutama penderita yang
disertai kejang.
e.
Intubasi doudenum (Doudenal Intubation)
untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitaty terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
I.
Penatalaksanaan
Menurut
FKUI tahun 1985, penatalaksanaan berdasarkan prinsip perawatan diare adalah :
1.
Pemberian cairan
a)
Pemberian peroral
Formula
lengkap mengandung NaCl, NaHCO₃, KCl dan
Glukosa atau Karbohidrat lain. Misal larutan gula garam (LCG) larutan air
tajin, garam, larutan tepung beras garam untuk pengobatan pertama di rumah pada
semua anak dengan diare akut baik sebelum ada dehidrasi maupun setelah ada
dehidrasi ringan.
b)
Cairan Parenteral
Ada
jenis-jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien yaitu Dg aa,
RLg, RL, DG 1 : 2, R Lg 1 : 3 dan cairan 4 : 1
Cara-cara
memberi cairan berdasarkan tingkat dehidrasi
a.
Belum ada dehidrasi
Peroral
sebanyak anak mau minum atau 1 gelas setiap kali buang air besar.
b.
Dehidrasi ringan :
1
jam pertama 25-50 ml/kg parocal atau intragastik, selanjutnya 125 ml/kg
BB/hari.
c.
Dehidrasi sedang :
1
jam pertama 50-100 ml/kg BB perocal atau intragastik selanjutnya 125 ml/kg
BB/hari
d.
Dehidrasi berat :
Cairan
Parenteral
2.
Dietetik
Untuk
anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat bada kurang dari 7
kg, maka jenis makanannya adalah :
a)
Susu (ASI dan untuk susu formula yang
mengandung laktosa rrendah dan asam lemak tidak jenuh, misal LLM, Almiron)
b)
Makanan setengah (bubur susu) atau
makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum susu karena tidak biasa.
c)
Susu khusus adalah susu yang tidak
mengandung laktosa atau susu dengan asam lemak berantai sedang/tidak jenuh
sesuai dengan kelainan yang ditemukan
3.
Obat-obatan
Prinsip
pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan
atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung olelitolit dan glukosa atau
karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras dan sebagainya).
a)
Obat anti selurasi
Aretosal
→ dosis 25 mg/th dengan dosis
minimum 30 mg
Klorpromazin → dosis 0,5 – 1 mg/kg BB/hari
b) Obat
anti Spasmolitik
Pada umumnya obat anti
sparmolitik seperti papaverine, ekstrak beadona, opium, loperamid dan
sebagaimana tidak diperlukan untuk mengatasi diare.
c) Obat
Pengeras Tinja
Obat pengeras tinja
seperti koalin, pektin, charoval, tabonal dan sebagainya tapi tidak ada
manfaatnya untuk mengatasi diare.
d) Antibiotika
Pada umumnya tidak
diberikan apabila ada penyebab yang jelas, antibiotik juga juga diberikan bila
ada penyakit seperti OMA, faringitis, brochitis dan lain-lain.
Menurut Pusdiknaker
Depkes RI 1993 penatalaksanaan diare berdasarkan keadaan penderita yaitu :
Sistematika
Penatalaksanaan berdasarkan Diare Keadaan Penderita
Tanpa dehidrasi
sampai dehidrasi
|
Dehidrasi ringan
sampai dehidrasi sedang
|
Dehidrasi berat
dengan tanpa komplikasi dengan tanpa penyakit
|
Cairan RT (LGG,
air tajin, kuah sayur
|
Oralit
|
Cairan dehidrasi Paracetamol dengan RL Glukosa
(RL g)
|
Pengobatan di
rumah
|
Di Puskesmas,
Poliklinik Rumah Sakit
|
Di Rumah
Sakit/Puskesmas Perawatan
|
DAFTAR PUSTAKA
Hambleton, Garry.1995.Manual Ilmu Kesehatan anak di Rumah Sakit.Jakarta
: Binarupa Aksara
Muttaqin, Arif dan
Kumala Sari.2011.Gangguan
Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta :
Salemba Medika
Mansjoer, Arif, et al.2000.Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid
2.Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Ai Yeyeh Rukiyah dan
Lia Yuliayanti.2010.Asuhan Neonatus Bayi
dan Anak Balita.Jakarta : Trans Info Media
ASUHAN KEBIDANAN
PADA ANAK DENGAN
GASTROENTERITIS
Pengkajian
Hari/ Tanggal : Selasa, 25 September 2012
Jam :
08.00 WITA
I.
DATA SUBJEKTIF
a. Identitas
Nama
Anak : An.D
Umur : 9 bulan
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Nama
Ibu : Ny.M
Umur : 27 tahun
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat :
Jln. A.Yani RT.V No. 07 Sulingan Tanjung
Nama Ayah : Tn.I
Umur : 29 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
b. Keluhan
Utama
Ibu mengatakan anaknya
mengalami BAB sejak 3 hari yang lalu dan badannya panas
c. Riwayat
Penyakit
a) Sekarang : Anak mengalami berak cair dengan
frekuensi 7-8 kali
dalam
sehari sejak 3 hari yang lalu, banyaknya ± ½ gelas aqua, tidak lendir
dan tidak berdarah.
b) Dahulu : Sebelumnya anak tidak pernah
mengalami diare
c) Keluarga : Keluarga dari pihak ibu atau ayah
tidak pernah
menderita diare dan penyakit
berat lainnya atau keturunan.
d. Riwayat
Antenatal
Selama kehamilan ibu
rajin memeriksakan kehamilannya ke bidan ddan ke puskesmas. Ibu mendapatkan
imunisasi TT 2 kali, TT1 pada kehamilan 7 bulan dan TT2 pada
kehamilan 8 bulan. Ibu tidak mengalami kelainan selama kehamilan.
e. Riwayat
Natal
Lahir secara spontan di
BPS dengan kehamilan cukup bulan.
f. Riwayat
Neonatal
Bayi lahir segera
menangis, berat badan 3200 gram dan panjang 50 cm
g. Riwayat
Tumbuh Kembang
Pada umur 3 bulan anak
sudah bisa tiarap
Pada umur 6 bulan anak
sudah bisa merangkak dan duduk
Pada umur 7 bulan sudah bisa berdiri
Saat ini anak baru bisa
berdiri dan berjalan 1-2 langkah
h. Riwayat
Imunisasi
Imunisasi lengkap,
kecuali imunisasi campak
i. Data
Psikososial
Anak tinggal dengan
kedua orang tuanya
j. Data
Biologi
a) Pola
Nutrisi
(1) Sebelum
Sakit : Anak minum ASI dan makan
nasi lembek serta
lauk
pauk
(2) Sekarang : Minum ASI kurang dan makan
hanya sedikit.
b) Pola
Aktivitas
(1) Sebelum
sakit : Anak banyak bergerak
(2) Sekarang :
Anak banyak diam
c) Pola
istirahat/tidur
(1) Siang
hari : ± 3
jam
(2) Malam
hari : 9 jam
d) Pola
Eliminasi
(1) BAB : frekuensi 10 x sehari,
warna kuning,
konsistensi cair
(2) BAK : frekuensi 3 x sehari,
warna kuning jernih
II.
DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan
Umum
a) Keadaan
Umum : Anak tampak lemah
b) Kesadaran : Compos mentis
c) BB
sebelum sakit : 9,5 kg
d) BB
sekarang : 8 kg
e) Tanda-tanda
vital :
(1) Suhu : 38 ᵒC
(2) Nadi : 120x/menit
(3) Respirasi : 28x/menit
b. Pemeriksaan
Fisik
a) Kepala : UUB cekung, rambut tidak rontok
dan bersih
b) Muka : muka pucat
c) Mata : Cekung dan produksi air mata
sedikit
d) Mulut : kering dan anak terlihat haus
e) Perut
:
tidak tampak kembung
f) Ektrimitas : tidak ada oedema
g) Kulit : kulit tampak bersih, turgor
cepat kembali
h) Anus : tidak merah
III.
ASSESMENT
Gastroenteritis
IV.
PLANNING
1. Menjelaskan
pada ibu tentang keadaan anak dan hasil pemeriksaan bahwa anak ibu terkena
diare.
2. Memberikan
penyuluhan kepada ibu tentang:
-
Air minum dimasak hingga mendidih dan
jaga anak agar tidak minum air yang belum dimasak
-
Setelah anak BAB bersihkan dengan sabun
dan lap hingga kering.
3. Mengbservasi
anak
-
Oralit dan makanan yang masuk sebaiknya
mudah dicerna dalam porsi kecil tapi sering.
-
Makanan yang keluar, berupa frekuensi
BAB, warna dan konsistensi feses.
4. Memberikan
terapi :
-
Infus RL 8 tetes/menit
-
Zinkid 1 x ½
tablet
-
Dialac 2 x 1 tablet
-
Trolit 50 cc setiap BAB
-
Paracetamol syrup 3 x ½cth
-
Ampicillin 3x 125 mg IV
CATATAN
PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal
|
Catatan
Perkembangan
|
Selasa,
25 September 2012
|
S
: BAB masih cair 2 kali, muntah 1 kali dan badan hangat
O
: KU : tampak lemah
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital :
Suhu : 38 ᵒC
Nadi : 120 x/menit
Respirasi : 28 x/menit
Berat Badan : 8 kg
A
: GE dehidrasi sedang
P
:
1. Mengobservasi
tanda-tanda vital
2. Mengobservasi
BAB tiap 4 jam, meliputi frekuensi, konsistensi, bau dan warna
3. Memberikan
kompres hangat di dahi dan di ketiak dan menganjurkan ibu untuk melanjutkannya.
4. Menganjurkan
pada ibu untuk mengganti pakaian anak bila kotor dengan pakaian yang tipis
dan menyerap keringat.
5. Meneruskan
program pengobatan yaitu :
-
Infus RL 8 tetes/menit
-
Injeksi Ampicillin 3 x 125 mg
-
Paracetamol syrup 3 x 1 cth
-
Oralit tiap kali anak BAB cair
|
Rabu,
26 September 2012
|
S
: BAB 1 kali dan sudah ada ampasnya, muntah
berhenti, panas sudah normal
O:
KU : cukup baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital :
Suhu
: 36,8 ᵒC
Nadi : 120 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
A
: GE dehidrasi ringan
P
:
1. Mengobservasi
tanda-tanda vital
2. Mengobservasi
BAB tipa 4 jam, meliputi frekuensi, konsistensi, bau dan warna
3. Menganjurkan
pada ibu untuk meneruskan pemberian PASI dan oralit tiap kali BAB cair untuk
menjaga keseimbangan cairan tubuh.
4. Menganjurkan
pada ibu untuk mengganti pakaian anak bila kotor dengan pakaian yang tipis
dan menyerap keringat
5. Meneruskan
program pengobatan yaitu :
-
Infus RL 6 tetes/menit
-
Injeksi Ampicillin 3 x 125 mg
-
Paracetamol syrup 3 x 1 cth
-
Oralit tiap kali anak BAB cair
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar