Minggu, 30 Desember 2012

Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita


ASUHAN NEONATUS BAYI DAN BALITA
PADA ANAK DENGAN GASTROENTERITIS

Dosen Pengajar : Dra. Hj. Norlena HD, SST., M.Pd
   


Disusun Oleh :
Nama               : Rini Widya Astuti
                                                       NIM                 : PO7124111079


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN DIII KEBIDANAN
TAHUN 2012





KONSEP DASAR
GASTROENTERITIS (GE)
A.  Definisi
1.    Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (muntah berak). (Kapita Selekta Kedokteran, Purnawan, Jumaidi, dkk.1995)
2.    Gastroenteretis adalah sindrom akut, dengan atau tanpa muntah, diduga disebabkan kolonisasi kuman patogen pada saluran pencernaan. (Manual Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit, Gerry Hambleton.1995).
3.    Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serat ketidaknyamanan abdomen. (Gangguan Gastrointestinal, Arif Muttaaqin dan Kumala Sari.2011)
Sementara yang dimaksud Diare :
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari  4 x pada bayi dan lebih dari 3 x pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau, dapat pula bercampur lendir dari darah atau lendir saja. (Perawatan Anak Sakit, Ngastiyah.1997)

B.       Etiologi
Penyebab GE dapat dibagi dalam beberapa faktor :
a.    Faktor infeksi
ü  Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab   utama GE pada anak . Infeksi ini disebabkan oleh :
·      Infeksi virus, berkisar 50-70% dari kejadian gastroenteritis, meliputi Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Coronavirus, Pestivirus, Caliciviruses, Parvovirus, Norwalk, Astrovirus, dan Torovirus. (RSW, 2008)
·      Infeksi bakteri, berkisar 15-20% dari kejadian gastroenteritis, meliputi Shigella, C.jejuni, Yersiniaenteroolitia, E.coli, Salmonela, dsb. (Diskin, 2008)
·      Infeksi parasit, bekisar 10-15% dari kejadian gastroenteritis, meliputi Giardia, Amebiasis, Cacing, Protozoa, Cryptosporidium, dan Cyclospora. (Musher, 2004)
ü  Infeksi parenteral : infeksi di luar saluran pencernaan makanan seperti CMA, tonsilitis/tonsilofaringitis,bronkopneumonia, dsb (terutama pada bayi di bawah umur 2 tahun).
b.    Faktor Malabsorbsi
·           Malabsorbsi karbohidrat, seperti Disakarida (intoleransia laktosa, maltosa dan selulosa); Monosakarida (inteloransia glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang paling sering adalah inteloransia laktosa.
·           Malabsorbsi lemak
·           Malabsorbsi protein
c.    Faktor makanan, misalnya makanan nasi beracun dan alergi terhadap makanan
d.   Imunodefisiensi
e.    Faktor psikologis, misalnya rasa takut dan cemas, meskipun jarang terjadi dan bisa terjadi pada anak yang lebih besar.

C.  Patogenesis
a)    Patogenesis Diare Akut :
Mikroorganisme atau makanan dimasukkan ke dalam alat pencernaan. Mikroorganisme tersebut berkembang biak setelah berhasil melewati barier asam lambung. Mikroorganisme membentuk toksin (endotoksin). Terjadi rangsangan pada mukosa usus sehingga terjadi hiperperistaltik dan sekresi airan untuk membuang mikroorganisme atau makanan tersebut, sehingga akibatnya terjadi diare.
b)   Patogenesis Diare Kronik :
-       Infeksi bakteri, misalnya E.coli patogen yang sudah resisten terhadap obat-obatan yang ada di Indonesia pada waktu ini.
-       Investasi parasit terutama Entamoeba histolytica, Kandida dan Trikuris.
-       PCM : pada penderita PCM didapatkan atrofi pada semua organ termasuk atrofi mukosa usus halus, mukosa asam lambung dan pankreas. Akibatnya akan terjadi defisiensi enzim-enzim yang dikeluarkan organ tersebut (laktase, maltase, lipase, dsb) yang menyebabkan makanan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan sempurna dan mudah terinfeksi.
-       Gangguan Imunologik : defisiensi secret IgA (Sig A) akan menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi infeksi dan investasi parasit dalam usus.

D.  Patofisiologi
Secara umum kondisi peradangan pada gastrointestinal disebabkan oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi entrotoksin dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini mengahasilakn peningkatan sekresi cairan dan atau menurunkan absorbsi airan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit.  
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.    Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan dengan asupan makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2.    Respon inflamasi mukosa, terutama pada seluruh permukaan intestinal akibat produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3.    Gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peritaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Sedangkan menurut buku Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3 oleh FKUI tahun 2000, penyebab diare adalah :
1.    Diare sekresi, yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, kuman patogen dan apatogen; hiperperistaltik usus halus akibat bahan kimia atau makanan, gangguan psikis, gangguan saraf, hawa dingin, alergi; dan defisiensi imun terutama IgA sekretorik
2.    Diare osmotik, yang dapat disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan kalori protein (KKP), atau bayi berat lahir rendah dan bayi baru lahir
Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernapasan Kussmaul, hipoglikemia, gangguan gizi dan gangguan sirkulasi.

E.   Tanda dan Gejala
1.    Bayi menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat dan nafsu makan berkurang/tidak ada, kemudian timbul diare.
2.    Diare, sering cair, kadang-kadang mengandung lendir.
3.    Muntah dapat mendahului diare atau tanpa muntah, dapat terjadi sebelum dan atau sesudah diare.
4.    Anoreksia.
5.    Demam.
6.    Nyeri perut (kolik), distensia, kadang-kadang ileus.
7.    Dehidrasi, kehilangan elektrolit dan air. Turgor kulit menurun, mata cekung mulut kering, hipovolemia, renjatan dan oliguria.
8.    Dapat mengenai anak segala umur, tetapi paling rentan adalah anak usia kurang dari 1 tahun.
9.    Kadang-kadang flu, faringitis.
Gejala timbul secara bertahap mulai dari muntah-muntah, diare, dehidrasi sampai meninggal. Pada bayi tahapan ini tidak mungkin tidak ada dan bayi dapat mengalami dehidrasi berat/renjatan(syok) sebelum gejala lain timbul. Syok adalah gangguan sirkulasi yang ditimbulkan oleh suatu edera atau sakit yang hebat dan terjadi penurunan volume darah.

F.   Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi :
1.    Dehidrasi
Ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik
2.    Rejan Hipovolemik
3.    Hipokalemia
Dengan gejala meteorismus, hipotoni otot lemah, bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram
4.    Hipoglikemia
5.    Intoleransi Laktosa Sekunder
Sebagai akibat defesiensi enam laktase karena kerusakan villi mukosa usus halus.
6.    Kejang
Terutama pada dehidrasi hipertonik.
7.    Malnutrisi energi protein
Karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.

G.  Penilaian Dehidrasi
Yang Dinilai
Ringan <5%
Sedang 5-9%
Berat ≥10%
Tekanan Darah
Normal
Normal sampai ↓
↓ sampai ↓↓
Tekanan Nadi
Normal
Normal sampai ↓
↓↓
Frekuensi Jantung
Normal
Naik
Takikardia
Kulit
Normal
Turgor ↓
Turgor ↓↓
Fontanela
Normal
Normal
Kung
Membran Mukosa
Sedikit Kering
Kering
Kering
Ekstremitas
Terperfusi
Pengisian kembali kapiler lambat
Dingin, berbintik (mottled)
Status Mental
Normal
Normal sampai lesu
Lesu, koma
Keluaran Urine
Sedikit Mengurang
Mengurang
Tidak ada
Haus
↑↑
↑↑↑

H.  Diagnosis
a)    Riwayat penyakit adalah penting untuk menilai anak dengan gastroenteritis dan atau diare kronik. Perlu ditanyakan pada orang tua penderita :
-       Saat mulainya diare serta adanya gejala ekstraintestinal seperti infeksi saluran penernaan bagian atas
-       Adanya gejala-gejala lain utama yang dapat menduga diagnosis seperti tinja yang abnormal sejak lahir, terjadinya diare sesudah diberikan susu, buah-buahan (defisiensi sukrosa – isomalture), diare sesudah gangguan emosi atau kecemasan
-       Tanyakan pula sudah berapa lama anak terkena diare
-       Tentang tinja, hendaknya diperinci frekuensi, penampakan, konsistensi, dan adanya darah atau lendir. Khusus tentang bau dan floating, walaupun nilainya terbatas perlu ditanyakan. Riwayat diet yang terperinci sangat penting.
b)   Pemeriksaan Fisik
-       Perlu dicatat pada standard anthropometri chart : tinggi, berat badan dan lingkaran kepala.
-       Perhatian khusus pada keadaan umum pasien, status hidrasi, gejala kehilangan berat badan (wasting of butockr and shoulder girdle, wrinking of thighs).
-       Pemeriksaan abdomen seperti diteni, nyeri, bising usus, ekskoriasi pantat, edema perifer dan manifestasi kulit
-       Pemeriksaan anorelital adalah penting pada anak dengan diare untuk memantau dan menanggulangi ruam (iritasi pada anus akibat feses yang terlalu asam akibat diare).
-       Rectal toucher perlu dilakukan apabila terdapat tinja berdarah.
c)    Pemeriksaan Laboratorium
a.    Tinja
·      Nampaknya konsistensi (berair, berlemak, berdarah), warna (kuning, hijau, putih atau lainnya), bau (buruk, asam, atau lainnya). Klasifikasi yang biasa di dapat didasarkan atas sifat tinja, berair, berlemak, berdarah sehingga lebih dapat membantu dalam menghadapi masalahnya.
·      Pada pasien yang tinjanya berdarah dianjurkan pemeriksaan kolonoslupi atau sigmadoskopi dengan atau tanpa biopsi reelitum, tinja berdah dapat disebabkan oleh infeksi Salmonella dan Shiqella maupun chronic inflamantory bowel drease.
·      Keadaan klinik tertentu dapat diduga dengan adanya sifat tinja yang karakteristik, misalnya isi cairan yang banyak menunjukan intoleransi karbohidrat (chlonide diare).
Warna puat memberi dugaan penyakit-penyakit hati atau empedu.
Tinja yang berminyak dihubungkan dengan insudisiensi pankreas.
Adanya vegetable matter dan serat-serat makanan mempunyai arti kecil dalam diagnosis namun pada sakit perut berulang yang diduga karena faktor ini artinya cukup penting.
·      Pemeriksaan tinja mengenai pH dan kadar gula dalam tinja dengan hartat lakmus dan tablet tablet clinist bila diduga terdapat intoleransi gula.
·      Pemeriksaan tinja untuk fed globuler, leukosit dan realuciny substancer pewarnaan gram bukan dan pemeriksaan untuk telur cacing dan parasit juga dapat dilakukan semua keperluan.
b.    Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analis gula darah menurut Astrup (bila memungkinkan)
c.    Pemeriksaan kadar weum dan kreatin untuk mengetahui faal ginjal
d.   Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fospor dalam serum terutama penderita yang disertai kejang.
e.    Intubasi doudenum (Doudenal Intubation) untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitaty terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

I.     Penatalaksanaan
Menurut FKUI tahun 1985, penatalaksanaan berdasarkan prinsip perawatan diare adalah :
1.    Pemberian cairan
a)    Pemberian peroral
Formula lengkap mengandung NaCl, NaHCO, KCl dan Glukosa atau Karbohidrat lain. Misal larutan gula garam (LCG) larutan air tajin, garam, larutan tepung beras garam untuk pengobatan pertama di rumah pada semua anak dengan diare akut baik sebelum ada dehidrasi maupun setelah ada dehidrasi ringan.
b)   Cairan Parenteral
Ada jenis-jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien yaitu Dg aa, RLg, RL, DG 1 : 2, R Lg 1 : 3 dan cairan 4 : 1
Cara-cara memberi cairan berdasarkan tingkat dehidrasi
a.    Belum ada dehidrasi
Peroral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas setiap kali buang air besar.
b.    Dehidrasi ringan :
1 jam pertama 25-50 ml/kg parocal atau intragastik, selanjutnya 125 ml/kg BB/hari.
c.    Dehidrasi sedang :
1 jam pertama 50-100 ml/kg BB perocal atau intragastik selanjutnya 125 ml/kg BB/hari
d.   Dehidrasi berat :
Cairan Parenteral
2.    Dietetik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat bada kurang dari 7 kg, maka jenis makanannya adalah :
a)    Susu (ASI dan untuk susu formula yang mengandung laktosa rrendah dan asam lemak tidak jenuh, misal LLM, Almiron)
b)   Makanan setengah (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum susu karena tidak biasa.
c)    Susu khusus adalah susu yang tidak mengandung laktosa atau susu dengan asam lemak berantai sedang/tidak jenuh sesuai dengan kelainan yang ditemukan
3.    Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung olelitolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras dan sebagainya).
a)    Obat anti selurasi
Aretosal             → dosis 25 mg/th dengan dosis minimum 30 mg
Klorpromazin     → dosis 0,5 – 1 mg/kg BB/hari
b)   Obat anti Spasmolitik
Pada umumnya obat anti sparmolitik seperti papaverine, ekstrak beadona, opium, loperamid dan sebagaimana tidak diperlukan untuk mengatasi diare.
c)    Obat Pengeras Tinja
Obat pengeras tinja seperti koalin, pektin, charoval, tabonal dan sebagainya tapi tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare.
d)   Antibiotika
Pada umumnya tidak diberikan apabila ada penyebab yang jelas, antibiotik juga juga diberikan bila ada penyakit seperti OMA, faringitis, brochitis dan lain-lain.
Menurut Pusdiknaker Depkes RI 1993 penatalaksanaan diare berdasarkan keadaan penderita yaitu :

                          Sistematika Penatalaksanaan berdasarkan Diare Keadaan Penderita
Tanpa dehidrasi sampai  dehidrasi
Dehidrasi ringan sampai dehidrasi sedang
Dehidrasi berat dengan tanpa komplikasi dengan tanpa penyakit
Cairan RT (LGG, air tajin, kuah sayur
Oralit
Cairan  dehidrasi Paracetamol dengan RL Glukosa (RL g)
Pengobatan di rumah
Di Puskesmas, Poliklinik Rumah Sakit
Di Rumah Sakit/Puskesmas Perawatan
 


















DAFTAR PUSTAKA

Hambleton, Garry.1995.Manual Ilmu Kesehatan anak di Rumah Sakit.Jakarta : Binarupa Aksara

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari.2011.Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : Salemba Medika

Mansjoer, Arif, et al.2000.Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2.Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yuliayanti.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta : Trans Info Media





ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK DENGAN
GASTROENTERITIS


Pengkajian
Hari/ Tanggal            : Selasa, 25 September 2012
Jam                            : 08.00 WITA

                                 I.          DATA SUBJEKTIF
a.    Identitas
Nama Anak          : An.D
Umur                    : 9 bulan
Jenis Kelamin       : Laki-laki

Nama Ibu             : Ny.M
Umur                    : 27 tahun
Suku/Bangsa        : Banjar/Indonesia
Agama                  : Islam
Pendidikan           : SMA
Pekerjaan              : Ibu Rumah Tangga
 Alamat                 : Jln. A.Yani RT.V No. 07 Sulingan Tanjung

Nama Ayah          : Tn.I
Umur                    : 29 tahun
Suku/Bangsa        : Jawa/Indonesia
Agama                  : Islam
Pendidikan           : S1
Pekerjaan              : Guru

b.   Keluhan Utama
Ibu mengatakan anaknya mengalami BAB sejak 3 hari yang lalu dan badannya panas


c.    Riwayat Penyakit
a)    Sekarang          : Anak mengalami berak cair dengan frekuensi 7-8 kali
dalam sehari sejak 3 hari yang lalu, banyaknya ± ½ gelas aqua, tidak lendir dan tidak berdarah.
b)   Dahulu             : Sebelumnya anak tidak pernah mengalami diare
c)    Keluarga          : Keluarga dari pihak ibu atau ayah tidak pernah
menderita diare dan penyakit berat lainnya atau keturunan.
d.   Riwayat Antenatal
Selama kehamilan ibu rajin memeriksakan kehamilannya ke bidan ddan ke puskesmas. Ibu mendapatkan imunisasi TT 2 kali, TT1 pada kehamilan 7 bulan dan TT2 pada kehamilan 8 bulan. Ibu tidak mengalami kelainan selama kehamilan.
e.    Riwayat Natal
Lahir secara spontan di BPS dengan kehamilan cukup bulan.
f.    Riwayat Neonatal
Bayi lahir segera menangis, berat badan 3200 gram dan panjang 50 cm
g.   Riwayat Tumbuh Kembang
Pada umur 3 bulan anak sudah bisa tiarap
Pada umur 6 bulan anak sudah bisa merangkak dan duduk
Pada umur 7 bulan  sudah bisa berdiri
Saat ini anak baru bisa berdiri dan berjalan 1-2 langkah
h.   Riwayat Imunisasi
Imunisasi lengkap, kecuali imunisasi campak
i.     Data Psikososial
Anak tinggal dengan kedua orang tuanya
j.     Data Biologi
a)    Pola Nutrisi
(1)     Sebelum Sakit       : Anak minum ASI dan makan nasi lembek serta
lauk pauk
(2)     Sekarang               : Minum ASI kurang dan makan hanya sedikit.
b)   Pola Aktivitas
(1)     Sebelum sakit       : Anak banyak bergerak
(2)     Sekarang               : Anak banyak diam
c)    Pola istirahat/tidur
(1)     Siang hari              : ± 3 jam
(2)     Malam hari            : 9 jam
d)   Pola Eliminasi
(1)     BAB                     : frekuensi 10 x sehari, warna kuning,
 konsistensi cair
(2)     BAK                     : frekuensi 3 x sehari, warna kuning jernih

                              II.          DATA OBJEKTIF
a.       Pemeriksaan Umum
a)      Keadaan Umum          : Anak tampak lemah
b)      Kesadaran                   : Compos mentis
c)      BB sebelum sakit        : 9,5 kg
d)     BB sekarang                : 8 kg
e)      Tanda-tanda vital        :
(1)   Suhu          : 38 C
(2)   Nadi          : 120x/menit
(3)   Respirasi    : 28x/menit
b.      Pemeriksaan Fisik
a)      Kepala             : UUB cekung, rambut tidak rontok dan bersih
b)      Muka               : muka pucat
c)      Mata                : Cekung dan produksi air mata sedikit
d)     Mulut              : kering dan anak terlihat haus
e)      Perut                : tidak tampak kembung
f)       Ektrimitas        : tidak ada oedema
g)      Kulit                : kulit tampak bersih, turgor cepat kembali
h)      Anus                : tidak merah

                           III.          ASSESMENT
Gastroenteritis


                           IV.          PLANNING
1.   Menjelaskan pada ibu tentang keadaan anak dan hasil pemeriksaan bahwa anak ibu terkena diare.
2.   Memberikan penyuluhan kepada ibu tentang:
-       Air minum dimasak hingga mendidih dan jaga anak agar tidak minum air yang belum dimasak
-       Setelah anak BAB bersihkan dengan sabun dan lap hingga kering.
3.   Mengbservasi anak
-       Oralit dan makanan yang masuk sebaiknya mudah dicerna dalam porsi kecil tapi sering.
-       Makanan yang keluar, berupa frekuensi BAB, warna dan konsistensi feses.
4.   Memberikan terapi :
-       Infus RL 8 tetes/menit
-       Zinkid 1 x ½ tablet
-       Dialac 2 x 1 tablet
-       Trolit 50 cc setiap BAB
-       Paracetamol syrup 3 x ½cth
-       Ampicillin 3x 125 mg IV


CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal
Catatan Perkembangan
Selasa, 25 September 2012
S : BAB masih cair 2 kali, muntah 1 kali dan badan hangat
O : KU               : tampak lemah
      Kesadaran    : Compos mentis
      Tanda-tanda vital :
      Suhu              : 38 C
      Nadi              : 120 x/menit
      Respirasi        :  28 x/menit
      Berat Badan  : 8 kg
A : GE dehidrasi sedang
P : 
1.    Mengobservasi tanda-tanda vital
2.    Mengobservasi BAB tiap 4 jam, meliputi frekuensi, konsistensi, bau dan warna
3.    Memberikan kompres hangat di dahi dan di ketiak dan menganjurkan ibu untuk melanjutkannya.
4.    Menganjurkan pada ibu untuk mengganti pakaian anak bila kotor dengan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
5.    Meneruskan program pengobatan yaitu :
-       Infus RL 8 tetes/menit
-       Injeksi Ampicillin 3 x 125 mg
-       Paracetamol syrup 3 x 1 cth
-       Oralit tiap kali anak BAB cair
Rabu, 26 September 2012
S : BAB 1 kali dan sudah ada ampasnya, muntah
     berhenti, panas sudah normal
O: KU   : cukup baik
     Kesadaran : Compos mentis
     Tanda-tanda vital :
     Suhu       : 36,8 C
     Nadi        : 120 x/menit
     Respirasi  : 24 x/menit
A : GE dehidrasi ringan
P :
1.    Mengobservasi tanda-tanda vital
2.    Mengobservasi BAB tipa 4 jam, meliputi frekuensi, konsistensi, bau dan warna
3.    Menganjurkan pada ibu untuk meneruskan pemberian PASI dan oralit tiap kali BAB cair untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh.
4.    Menganjurkan pada ibu untuk mengganti pakaian anak bila kotor dengan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
5.    Meneruskan program pengobatan yaitu :
-       Infus RL 6 tetes/menit
-       Injeksi Ampicillin 3 x 125 mg
-       Paracetamol syrup 3 x 1 cth
-       Oralit tiap kali anak BAB cair

Tidak ada komentar:

Posting Komentar